Kisah Enam Pencari Ikan


*Artikel ini copas dari note FB Rezka Rizha Azha


Beberapa hari ini ada tiga sahabatku yang berkeluh kesah mengenai sesuatu yang mungkin tak asing di telinga kita yakni masalah mencari jodoh... Hufft, nafasku panjang bila ada seorang sahabat yang curhat mengenai masalah klasik ini. Jujur, terkadang aku tidak bisa mengungkapkan langsung kepada sahabat, karena beberapa hal salah satunya adalah pertimbangan agar jangan sampai apa yang kusampaikan menyinggung perasaan mereka (karena perbedaan sudut pandang), karena itu aku lebih leluasa untuk mengungkapkan apa yang ingin kusampaikan dalam bentuk tulisan, yang memberikan gambaran agar mereka bisa menilai sendiri, merenungkan, memutuskan serta mempertanggungjawabkan keputusan yang nantinya akan mereka ambil.
Ada sebuah kisah yang bisa kupetik dari hobi memancingku (walau gak ahli sih... hehehe ^O^).
Berikut kisahnya.....
Kisah Enam Pencari Ikan
Di sebuah desa nan asri hiduplah enam pemuda tampan, karena usianya di nilai sudah cukup, maka orang tua mereka menyuruh agar mereka bisa mencari ikan sendiri untuk makan. Keenam pemuda ini bernama Stupid, Doubt, Perfect, Lucky, Smart dan yang terakhir Wise. Oleh Orang tua mereka, mereka hanya di beri bekal sebuah buku panduan memancing, kail dan jala.
Lain ladang Lain belalang, lain Orang lain pula sikap yang mereka ambil.
  1. Pemuda pertama yang tak lain adalah si Stupid, begitu dia mendapat perintah mencari Ikan, dia hebohnya bukan main, kemana-mana dia cerita ke Orang – Orang yang dia temui kalau dia akan mencari ikan, namun karena senangnya ingin memancing, si Pandir ini lupa menyiapkan diri untuk memancing, hingga iapun tetap pada kehebohannya yakni INGIN MEMANCING
  2. Pemuda kedua adalah Doubt, sikap pemuda ini terlalu banyak pertimbangan, dia di penuhi keraguan, dalam hatinya antara iya dan tidak. Bagaimana ya, kalau sewaktu aku memancing, aku terjebur ke sungai??? bagaimana ya kalau seandainya, aku gak dapat ikan??? Bagaimana ya... dan bagaimana ya... dan pada akhirnya Si Doubt ini bimbang karena ketakutannya sendiri
  3. Pemuda ketiga adalah Lucky.. berbeda dengan kedua teman sebelumnya, Lucky tahu kenapa dia harus memancing, tanpa ragu-ragu diapun berangkat memancing berbekal apa yang Orang tuanya tinggalkan. Sesampai di sungai tanpa menunggu lama, si Lucky mendapatkan ikan yang dia cari, dan diapun senang dan Menerima  hasil pancingan dan membawanya pulang kerumah.
  4. Pemuda Keempat adalah Perfect, si Perfect ini adalah gambar pemuda idaman. Dia senantiasa berpandangan bahwa dia harus mendapatkan yang terbaik, karena menurutnya hal tersebut layak dia peroleh. Dengan rasa Pe de yang super Gedhe.. si Perfect inipun pergi ke sungai dan memancing. Di sungai, dia cukup beruntung karena kailnya seringkali menangkap ikan-ikan di sungai tersebut, tapi berhubung si perfect di terlalu pengen yang sempurna, tiap dia mendapat ikan dia hanya bisa mencela “Ikannya jelek... terlalu kecil... terlalu besar... kemudian membuang ikan hasil pancingannya kesungai serta banyak sekali keluhannya. Hingga tanpa dia sadari waktupun berlalu dan dia masih pada memancing untuk mendapatkan ikan yang benar-benar dia inginkan.
  5. Pemuda kelima adalah Smart, Si Smart ini, adalah Orang yang berhati-hati dengan waktunya, sudah lama dia menunggu memancing dengan kail tapi dia juga tak mendapatkan ikan seekorpun, akhirnya dia memancing dengan menggunakan jalanya, dan dia mendapatkan beberapa ekor ikan kecil dan anak-anak ikan, dimana bila di makan tidak bisa mengenyangkan perutnya, namun dengan sikap hati-hatinya dia tahu banyak yang harus dia kerjakan di rumah dia membawa ikan-ikan tersebut pulang, kemudian membuatkan kolam kecil di belakang rumah, memeliharanya, menjaganya serta mengembangbiakan ikan tersebut .. karena kesungguhannya kini si Smart tak lagi pusing tuk pergi memancing ke sungai karena dia udah mendapatkan ikan yang telah ia pelihara dan dia ternakkan.
  6. Pemuda Keenam adalah Wise.. Si Wise ini tanpa ragu-ragu juga ikut memancing, sayangnya dia tidak mendapatkan apa-apa,  namun dia tak patah arang, dengan hati lapang iapun pulang kerumah dan berfikir secara jernih, kemudian dia bertanya dalam hatinya kenapa aku harus mencari ikan, “oh ternyata agar aku bisa makan dengan layak dan aku punya energi tuk menjalani kehidupan. Tapi tuk mempunyai energi untuk menjalani hidup tak harus memperoleh ikan, aku bisa belajar menanam sayur dan buah, karena aku mempunyai pekarangan yang luas. Aku juga bisa bekerja, dengan hasil kerja tersebut, aku bisa membeli ikan di pasar, membelinya kemudian mengembangbiakan di rumahnya. Dan aku bisa memancing kembali bila Allah memberi kesempatan di lain waktu”.
Dee..
Tanpa disadari para mencari jodoh itu hampir sama dengan keenam pemuda pencari ikan tersebut.
Ada yang mengambarkan si Stupid atau si pandir, dia mana, si pelaku hanya sebatas ingin mencari jodoh saja, namun ikhtiarnya Nol persen. Dia kurang mempersiapkan bekal yang harus dia siapkan bila jodoh tersebut tiba. Menuju gerbang pernikahan, menjalaninya tak semudah membalikkan telapak tangan, tanpa bekal yang cukup maka keluarga bukan SAMARA yang di dapat tapi malah penderitaan.
Ada juga sosok yang menggambarkan sosok Si Doubt atau Si Ragu-ragu, dia tahu kenapa dia harus mencari jodoh, namun dia terlalu takut melangkah, dia takut bila terjadi apa-apa pada dirinya. Antara ya atau tidak. Dan waktunya habis karena keragu-raguanya.
Ada juga sosok manusia yang kebanyakan yakni si Lucky yang beruntung,dimana ketika dia udah memperoleh apa yang dia cari, maka dia akan membawa pasangannya dan mengukuhkannya dalam ikatan suci bernama pernikahan.
Ada juga sosok Perfect si sempurna, dalam mencari pasangan hidup harus sesuai dengan standart yang telah dia buat, walau dia memperoleh banyak kesempatan namun kesempatan tersebut dia lewatkan karena tidak sesuai dengan keinginannya.
Ada juga sosok si Smart atau si Cerdas, dia mungkin tidak mendapatkan pasangan yang sesuai dengan harapankan, namun karena kecerdasan yang Allah berikan padanya, secara sadar dia paham bahwa terkadang kenyataan jauh dari harapan, tiada hal yang sempurna di dunia ini karena kesempurnaan adalah milik Allah, namun Allah memberikan kelebihan potensi kecerdasan yang bisa mengubah keadaan dari yang kurang konduksif menjadi lingkungan yang potensial. Dan itulah nilai cinta dan kesungguhan seorang manusia yang cerdas, dimana dia tidak di kendalikan oleh keadaan tapi bisa mengkondisikan keadaan.
Sedangkan tipe yang terakhir yakni si Wise atau si Bijak, sepenuhnya di sadar bahwa kadang dalam hidup kita akan menemukan keadaan yang di luar harapan kita, walaupun kita sudah bersungguh-sungguh, namun tetap harus positive thinking terhadap ketetapan yang Allah berikan. Man Shabara Zhafira barangsiapa yang bersabar akan beruntung. sabar bukanlah pasrah tapi kesadaran yang pro aktiv dalam memperjuangkan hidup sehingga menjadi lebih berharga. Tidak mendapat ikan, bukan akhir dari sebuah kehidupan, yang penting kesungguhan diri karena insyaAllah kita mempunyai kesempatan memancing lagi.
Bijak juga bisa menyikapi suatu keadaan secara luas dan utuh. Salah satunya hidup tak hanya berkutat hanya pada masalah mencari jodoh, bila memancing ibarat proses mencari jodoh, maka menanam tumbuh-tumbuhan ibarat memberdayakan potensi kebaikan bagi kehidupan sehingga kita memiliki value added di hadapan Allah dan manusia.
Sobat itulah sedikit kisah yang ingin kubagikan tentang enam pencari ikan. Tipe pencari ikan yang mana yang akan kalian pilih. Keputusan ada di tangan kalian.
Mungkin kita bisa mengharapkan takdir yang indah untuk hidup kita, namun yakin akan satu hal, bahwa Allah senantiasa memberikan kesempatan pada kita untuk bisa memperindah takdir hidup kita sendiri”


comment 2 comments:

Salam Khan on April 10, 2012 at 8:07 PM said... Reply Comment

erwin, boleh numpang buka lapak dagangan ga nih??
hehehe

rise erwin on April 20, 2012 at 8:17 PM said... Reply Comment

@Salam Khan:hahahah jual apa gan???

Post a Comment

Delete this element to display blogger navbar

 
© ERWIN A LATIF | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger